Rindu


Tak pernah ada perjumpaan antara engkau dan aku. Masa hidup yang terpaut seribu tahun lamanya. Namun rindu entah bagaimana tercipta dengan baiknya hanya dengan membaca kisah hidupmu yang dituliskan para sejarawan hebat dunia.
Rasa ini adalah mengenai rindu yang seperti kubilang entah bagaimana tercipta dan sampai kapan rasa ini akan terus berkembang. Mengena bagaimana aku membayangkan bisikmu ketika menjawab salam rinduku. Seperti yang pernah engkau katakan bahwa kau akan menjawab setiap salam dari perindumu meski jasadmu telah jauh terkubur seribu tahun lamanya dalam tanah.
Mengingat kepergianmu benar-benar membawa sesak dalam dada. Risalah yang kau bawa begitu mulia, berjuang bersama dalam barisan orang-orang yang menyebarkan risalah itu pastilah beruntung sekali. Segala bentuk permasalahan umat kau selesaikan dengan baik. Duduk disampingmu pada saat itu merupakan idaman bagi setiap perindumu.
Caci maki penentangmu tak kau hiraukan. Meski perih sekali mereka memerangi kebenaran risalah yang engkau sampaikan. Padahal kau mengajak mereka kepada jalan yang benar.
Even though you have gone but your name will always shine

Rindu.
Rindu ini bukan merupakan rindu biasa. Hanya dapat membaca kisah hidupmu dari lembaran kertas memang memacu rindu semakin kuat, namun salam rindu tanpa dapat mendengar bisikan jawaban darimu bukankah semakin sakit dengan hanya membayangkannya saja ?
Dapatkah aku bertemu dan melampiaskan rindu ini padamu yang telah lama jasadnya terkubur ? Bukankah beruntung mereka yang bertemu denganmu dalam mimpi jika itu benar. Meski hanya sekedar dalam mimpi.
Bukankah sedih ? mendengar suaramu saja aku tak bisa. Apalagi melihat sosokmu berdiri gagah menyampaikan risalah agung dari langit ? atau ketika kau duduk bersama para pengikutmu dengan tegap dan memperlihatkan betapa agungnya dirimu ? betapa wibawa itu terlihat bahwa di bumi ini hanya engkau yang memilikinya. Sulit membayangkan meski itu hanya bayangmu saja. Betapa sopan, dan lemah lembutnya tutur katamu. Betapa indahnya wajahmu sehingga setiap orang menundukkan pandangannya darimu, begitu takzim memandangmu.

Bagaimana denganku ? aku hanya dapat membaca kisah dari para sejarawan dunia. Sekadar lukisan kisah hidupmu yang tertulis dalam buku saja tidak cukup untuk menuntaskan rindu ini.
Dapatkah aku bertemu dan melampiaskan rindu ini padamu yang masa waktunya bertaut seribu tahun lamanya ? Sedang rindu ini tak tertahankan ?
Akankah terbalaskan ketika ruh ini sampai pada kehidupan berikutnya ? bukankah begitu naif jika aku benar-benar percaya diri akan bertemu denganmu ditempat yang sama indahnya ? sama mulianya ?
Amalanku tak sesempurna para sahabatmu. Tak sesempurna para ulama. Begitu pula kesempatanku untuk bertemu denganmu tentu takkan semudah mereka.



#minggu15


Komentar

just call me adei mengatakan…
joyyy , terus menulis yaa

Postingan populer dari blog ini

MARKET DAY 'AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

Perenungan Cinta dari Perjalanan Rasa karya Fahd Pahdepie

dear