kisah ninda
Minggu ini aku
bener-bener kehabisan ide untuk bercerita. Kalaupun memang ada, cerita itu tak
bisa aku tuliskan dalam waktu yang bener-bener mendeadline ini. Jadi yaa, aku
hanya bisa bercerita yang singkat-singkat saja.
Akhir-akhir ini aku
kembali deket sama alumni satu angkatan ketika SMP. Ninda namanya, orangnya
bener bener nyebelin sebenernya. Tapi seru buat diajak ngobrol mengenai liku
kehidupan dan persoalan doi. Hahah, but im sure. Aku ingin show up diri dan
mencoba meninggalkan bahasa kakuku di blog ini, berawal dari menceritakan temen
aku yang namanya Ninda ini.
Baru tadi maghrib aku
ketemu orang ini. Hanya pertemuan singkat namun sedikit berkesan dengan saling
berbagi cerita.
( ninda & me )
Cerita kami begitu
beralur, berawal dari pembahan rapat bidang perkaderan organisasi ipm yang
sebelumnya aku hadiri. Ninda membawa rasa penasarannya dengan terus bertanya
mengenai hal apa saja yang aku dan rekan-rekan organisasiku bahsa dalam rapat
bidang itu. Berganti pembahasan selanjutnya kami saling bertukar cerita
mengenai orang yang kami sukai. Bagaimana kami memandang mereka sebagai orang
yang cukup kami kagumi dalam diam tanpa sepengetahuan orang yang kami kagumi
itu.
Cara Ninda berhadapan
dengan orang yang disukainya cukup unik buat aku. Tak pernah ada percakapan
diantara mereka, selain percakapan singkat yang memang benar seperlunya. Tak pernah
lebih dari satu menit bahkan dua menit. Percakapan itupun begitu datar. Tak istimewa
terlihatnya. Tapi bagi Ninda yang berhadapan secara langsung dengan perasaan
istimewa dalam dadanya, Ninda tentu tak menganggap hal itu biasa.
Ada pula ketika
keduanya menempati tempat duduk yang tak berjauhan, ninda menatap kearahnya,
namun ketika ninda memalingkan tatapan orang istimewa di hati ninda itu yang
mulai memperhatikan ninda.
Keduanya saling diam,
bagi ninda, mereka berdua hanya mengandalkan perasaan. Ketika orang istimewa
ninda ada didekatnya, ninda tentu dapat merasakannya. Ketika keduanya
benar-benar sadar bahwa mereka berdekatan, ada bentuk kespontanan diantara
keduanya untuk saling menjauh. Entah apa yang membuat keduanya bersikap begitu.
Juga ninda yang
menyukai membaca buku-buku satra karya sapardi, dan dia yang senang menulis
rangkaian kata-kata puitis. Keduanya begitu santai dan menikmati apa yang
mereka sukai.
Tak banyak memang, karena
waktu yang begitu mendesakku untuk cepat kembali keasrama karena hari
benar-benar menjelang malam
Komentar