MARKET DAY 'AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

Bosan dengan cerita supercamp yang belum ditemui juga titik selesainya, kita beralih dulu ke cerita market day. Masih kegiatan tahunan sekolah, namun panitia pelaksananya dari PR IPM (Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah) ‘ABS Bandung bidang Kewirausahaan.
            Pagi sekali aku terbangun. Sebabnya adalah karena itu merupakan kedua kalinya aku dibangunkan oleh adik kelas. Muak mendengarkan mereka yang memanggil-manggil namaku turut memaksa agar aku keluar dari alam mimpi disertai tarik menarik kaki dan selimut yang membuatku menyerah pada perbatasan antar dua dunia. Mimpi dan kenyataan.
            Bangun. Melipat selimut. Kemudian tidak tahu harus apa, mandi kah ? rasanya aku harus menghargai usaha anggota kelompok market day yang sudah bersusah payah membangukanku. Keputusanpun dibuat. Mencari anggota kelompokku dari kamar kekamar rupanya tidak ada satupun, bahkan ditoilet yang pada jam itu baru satu dua orang yang memakai toiletnya pun tidak ada yang menjawab bahwa mereka anggota kelompok market dayku. Ketika hendak turun kebawahlah, aku bertemu dengan salah satu anggota, dia adalah Amalia. “kayaknya sih ada di bawah kak, soalnya dari bawah kedengeran rame gitu.” Apalagi yang kulakukan kalau bukan langsung menyusul yang lainnya turun kebawah.
Argumen Amalia tidak bisa disalahkan, dibawah memang ramai oleh semua kelompok yang hari itu kebagian jadwal market day. Belum lama mereka berkumpul disana. Itu yang mereka katakan. Tak semua anggota kelompokku bekerja, sebagian besar hanya melihat temannya yang berjuang menghias agar makanan produksi kami terlihat menarik meski bisa dikatakan bahwa makanan itu hamper gagal. Namun dengan ide kreatif, makanan itu tak mubazir. Masih bisa dihias dn dimodifikasi dengan tambahan coklat yang tersisa.
Terlalu jahat jika hanya mengandalkan Putri, Nurra, dan aku lupa siapa. Membiarkan mereka berjuang sendiri, sedangkan teman-temannya hanya memperhatikan mereka. Akhirnya aku memberikan komando. Sebagian dari mereka pergi mandi, satu orang menyiapkan plastik untuk bungkusnya, seorang lagi memotong tali pita, yang lain membungkus, yang lain memodifikasi makanannya.
Adzan shubuh berkumandang ketika perkejaannya hampir selesai. Selebihnya aku berikan komando kepada ketua kelompok yang sebenarnya.
Pukul enam pagi. Semua persiapan selesai dengan cepat.
Pukul tujuh, rombongan kelompok market day berangkat.

Sampai di lokasi, santriwati masih malu-malu untuk menjajakan baranag dagangannya kepada orang-orang. Satu dua orang kemudian menurunkan harga diri mereka dengan memberanikan diri mempermalukan diri mereka. Berteriak ditengah keramaian, menyebutkan nama barang jualannya.
Itu pengalamanku selama tiga tahu. Di tahun keempat ini aku lebih banyak berkontribus di belakang layar, dibanding di depan layar. Alias menata kelola proposal, surat dana dan sebagainya.
Jam 10. Tempat kami menjalankan usaha telah selesai. Alias car free day telah tutup. Mau tidak mau, barang dagangan yang tidak habispun harus dibawa kembali ke asrama dan di jual disekitar asrama. Ada yang senang ada juga yang sedih. Ada yang terjual habis di awal, ada yang harus benar-benar bekerja keras menjajakannya produknya. Salah satu yang berjuang keras adalah kelompokku.
Dan selanjutnya kelas empat melanjutkan kegiatannya. Tugas pelajaran sosial mengenai pranata sosial. Berkunjung ke rumah-rumah  murid kelas empat. Minggu ini bagian kunjungan pertama. Rumah putri.
Kunjungan tak berjalan lancer, tugas tak dikerjakan karena kita sendiri masih bingung dengan makna pranata sosial itu sendiri. Hampir empat jam kami di rumah Putri hanya untuk beristirahat dari lelahnya menjajakan makanan di car free day.
Teman-teman sekelasku bisa kembali ke asrama sekembalinya dari rumah Putri. Tapi aku dan Salsa masih memiliki tugas lain. Mengikuti rapat rutin organisasi. Yah, sibuk memang hari itu. Tapi tugas dan kewajiban-kewajibanku sebagai pelajar tak bisa ditinggalkan begitu saja. Meski harus dengan kekuatan MEPET tetap harus dilaksanakan.

Salsa tidak kembali keasrama. Ia memiliki janji dengan dokter gigi, jadi hendak izin hingga Senin. Sedangkan aku, sekembali dari asrama justru harus mengikuti latihan beladiri. Lalu mengerjakan tugas komunitas. Memang hanya tinggal mempostingkan saja, karena sebelumnya aku telah membuat tulisannya. Tapi itu juga cukup berat. Karena pemakaian laptop dibatas diasramaku. Kebijakan sekolah dan Pembina asrama terkadang berbeda. Dan kebijakan pembinalah yang paling sering sedikit menyusahkan santriwatinya.
yups. cerita kali ini diakhiri dengan sedikit curhat ya teman !


Komentar

Postingan populer dari blog ini

makan pesantren cita rasa hotel

Rutinitas sederhana