#respek
Mengikuti komunitas satu minggu satu cerita menjadi salah
satu kesibukanku. Menulis cerita bukanlah hal yang mudah bagiku, apalagi aku
masih dalam tahap belajar. Tapi itu membantuku dalam berlatih memanagement waktu dan belajar untuk
membiasakan diri menulis. Tak ada hal yang mudah untuk meraih cita-cita bukan ?
Tema cerita untuk satu minggu satu cerita kali ini adalah
“RESPEK”. Dengan ditentukannya tema tersebut dari admin, aku merasa beruntung
karena… tepat pada hari Jum’at minggu ini, sekolahku mengadakan kegiatan
seminar mengenai anti bullying pentingnya
bersikap respek dengan pemateri dari komunitas Peace Generation.
Kegiatan itu bisa dikatakan mendadak atau secara kejutan
karena tidak ada pemberitahuan sebelum-sebelumnya, selain bocoran dari beberapa
guru yang senang bercerita dengan santriwati.
Seminarnya disertakan dengan games dan group discussion.
Diawali dengan penayangan video dari pihak pemateri. Isi video
tersebut adalah tentang betapa memberikan julukan-julukan kepada seseorang
termasuk sebagai tindak bullying. Yang
sebisa mungkin harus dihindari, karena setiap orang diberikan nama yang memiliki
makna penting oleh sesuai dengan keinginan orang tuanya yang memberikan nama. Dan
bullying itu sendiri begitu
berbahaya, karena berdampak buruk pada korban tidak hanya dalam jangka waktu
sementara. Bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Membekas dan menyisakan dendam yang
terus teringat jika kerasnya bentuk bullying
itu sendiri sudah mencapai tahap keras akan terbawa hingga berarkhir dengan
kematian.
Dalam seminar itu, kami dimintai untuk melakukan perkenalan
dengan menyebutkan nama teman terlebih dahulu dilanjut dengan memperkenalkan
diri sendiri. Selanjutnya kita ditanyai dengan bagaimana perasaan kita pada
hari itu. Dengan membentuk sentengah lingkaran dan bagi siapapun yang merasakan
moodnya pada hari itu sesuai dengan
yang disebutkan oleh pemateri diminta untuk maju kedepan. Beberapa pertanyaan
itu seperti apakah kita merasakan galau atau merasa sendiri dan sebagainya.
Aku tidak maju sekalipun karena merasa hari itu aku
baik-baik saja. Selanjutnya kami dimintai untuk berkumpul dengan teman-teman
yang bulan lahirnya sama, dilanjut dengan teman yang paling sering diajak
bermain, dan akhirnya sampai siapa teman yang tak pernah diajak bermain. Tapi karena
kami sehari-hari di asrama, tidak pernah mengajak main seorang teman satu
asrama merupakan hal yang sulit dicari. Kami akrab satu sama lain.
Selanjutnya kami dibagi menjadi empat kelompok dan setiap
kelompok diberikan selembar kertas pleno. Tugasnya adalah kami harus menuliskan
nama asli dan nama panggilan diri sendiri, lalu bagaimana perasaan kami ketika
dipanggil dengan nama panggilan atau julukan oleh orang lain. Apakah kami merasa
tidak enak, tersinggung, terbully
atau bahkan biasa saja dengan hal itu. Tahap terakhirnya adalah kami dianjurkan
untuk memberikan saran atau pendapat sebagai bentuk bantuan kepada orang-orang
diluarsana bagaimana cara menanggapi orang-orang yang senang membully dengan memberikan julukan atau
panggilan yang tidak menyenangkan hati.
Setelah semua kelompok menyelesaikan setiap tugasnya,
setiap kelompok diminta satu perwakilannya untuk mempresentasikan hasil tugas
kelompoknya.
Selesai group
discussion kami diminta kembali duduk ditempat masing-masing dan kami
dibagikan sebuah buku karya Irfan Amalee berjudul ‘Happy tanpa Bully’. Buku itulah
yang kemudian menjadi pembahasan kami selanjutnya. Mengkaji isi buku tersebut
membukakan pikiran kami tentang problem
social yang serius itu. Bullying bukanlah hal yang wajar di
kalangan remaja, bukan pula bentuk latihan terbaik untuk melatih mental
seseorang. Karena efek bully bukanlah
hal yang sepele, tapi justru merupakan hal yang serius berefek jangka panjang
terhadap seseorang.
Berakhirnya acara seminar itu adalah dengan setiap kelas
membuat sebuah pledge berisi janji
kami untuk tidak menggunakan tangan dan lisan kami untuk membully orang lain.
#respect #pedulisesama #antibullying
Komentar
Salam kenal,
Tatat
salam kenal juga ^^
Joy,