Zero waste for better earth
Perubahan iklim yang baru-baru terjadi pada
abad ke-21 ini telah terjadi secara drastis. Menyebabkan kerusakan pada
berbagai aspek lingkungan hidup di bumi.
PBB menanggapi isu terkait perubahan iklim secara serius, dan salah
satunya dengan mengadakan sebuah konferensi perubahan iklim tahunan untuk mencapai
kesepakatan terkait pengurangan emisi gas rumah kaca secara global yakni, COF
(Conference of Parties).
Pada COP di tahun 2015 lalu, Indonesia
menjadi Negara dengan memegang komitmen untuk menurunkan emisi karbon hingga
29% pada tahun 2030. Bukanlah angka yang mudah untuk dicapai bagi Negara Indonesia
dengan perbandingan jumlah masyarakat saat ini.
Emisi karbon yang dihasilkan di Indonesia
tidak hanya berasal dari tingginya jumlah kendaraan yang digunakan oleh
masyarakat Indonesia. melainkan juga berbagai macambentuk aktivitas seperti
limbah pabrik dan sebagainya. Salah satunya aktivitas yang sangat berpengaruh
pada kenaikan emisi karbon ialah tindakan menghasilkan sampah yang masih banyak
dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Merupakan kebiasaan buruk adalah membuang
sampah sembarangan, namun selain itu membuang sampah kepada tempatnya pun bukan hal yang tepat dalam tindakan ramah lingkungan. Karena pada dasarnya, di Indonesia sendiri sampah
belum diolah dengan baik sehingga menumpuk begitu saja di TPA. Abyangkan ketika
setiap orang memproduksi sampahhingga 0,7 Kg per hari dengan total keseluruhan
per hari mencapai 175.000 ton.[1]
Selain menghasilkan bau yang tidak sedap dari TPA, ia juga menghasilkan gas metan yang berbahaya bagi atmosfer bumi.
bahkan, berpotensi lebih besar dibanding gas karbon dioksida (CO2). Gas metana
memiliki nilai Global Warning Potensial (GWP)
21. Artinya, setiap molekul mampu memanaskan 21 kali lipat dari molekul
CO2. Terlebih gas ini tidak dapat diserap oleh klorofil tumbuhan.[2]
Mendaur ulang sampah bukanlah jalan keluar
yang benar-benar menjadi solusi, karena pada akhirnya kita tetap menghasilkan
sampah. Daur ulang sampah semestinya jalan terakhir untuk dilakukan dengan
mengurangi ketergantungan kita pada kebiasaan memproduksi sampah. Yakni “Reduce,
Reuse, and Recycle.” Mendaur ulang seharusnya bukan pertahanan diawal, melainkan
akhir ketika kita telah berusaha sebaik mungkin untuk mengurangi apa yang kita
gunakan dan kita butuhkan.
Meski hanya tindakan-tindakan kecil seperti
selalu menggunakan tumbler dan kotak makan untuk bepergian sudah cukup
dibanding menggunakan bungkus plastic yang pada akhirnya akan menghasilkan
sampah.
Komentar