curhat si santriwati

            Sudah lama. Sangat lama sekali bagiku tidak mengaktifkan kembali blog ini. Sebulankah ? dua bulankah? Ah, atau bahkan sudah tiga bulan lamanya blog ini tidak memberikan cerita barunya. Sejak liburan kenaikan kelas beberapa waktu lalu bukan? Yah, sejak aku kesulitan mendapatkan akses internet hingga pada akhirnya aku mulai menemukan titik jenuh dan kehabisan inspirasi ketika akses internet kembali mudah untuk didapatkan.
Hari minggu kemarin, tepat tanggal 10 September 2017. Aku merasa telah mendapatkan sebuah pukulan keras dari berbagai pihak yang darinya sangat menguji kesabaranku. Barangkali memang hanya hal sepele yang tidak cukup kuat untuk melewati batas kesabaranku, tapi apa daya ketika masalah itu ditekankan berkali-kali di sepanjang hari?
Aku sungguh tidak menganggap kemarin itu sebagai hari sial. Karena aku percaya bahwa dalam satu hari pasti ada suatu “keuntungan” bahkan banyak, yang sayangnya orang-orang terkadang mengabaikannya.
.
.
.
Adalah uji kali pertama ketika handphone pada hari Minggu baru dibagikan kepada para santriwati apabila santriwati tersebut telah meyelesaikan tugasnya dan telah mandi. Bukan karena malas, sungguh. Tapi karena mencuci kumpulan baju selama seminggu bukan hal mudah. Benar bukan? Memangnya kapan kami memiliki waktu untuk itu? ketika kembali keasrama dengan santai saja baru bisa dilakukan selepas isya’ dan itu tak memberikan harapan karena peer tetap berlaku untuk ‘kurikulum Finlandia’ yang diterapkan disekolahku. Dan jujur, sejak libur akhir bulan kemarin, aku tak pernah benar-benar tidur pada jam 9.00 pm seperti yang peraturan asrama terapkan karena hal ini. Pada akhrinya, aku baru memegang handphone pukul 10.00 tepat dengan keperluan kepada orang tua yang tertunda. Hmm…
Uji kali kedua. Yep ! itu terjadi setelah beberapa saat ketika aku menyalakan handphone dan meminta abiku untuk datang. Tapi beliau mengatakan bahwa beliau tidak dapat datang karena ia telah terlanjur pergi menyelesaikan urusannya setelah aku menghubunginya terlalu siang. Oke ! lantas bagaimana aku hendak memenuhi undangan makan siang di rumah teman, ketika uang untuk membayar ongkos pergi-pulangpun tak ada? Dan abiku selayak tak mau datang dengan memberikan berbagai alasan, dan salah satu alasan lain selain tengah menyelesaikan urusannya adalah keberkunjungannya bisa digantikan oleh umiku. WHAT !? okay, but please, kenapa pula beliau harus memberikan argument agar aku berangkat dengan umiku saja, agar tak membayar ongkos. Siapa pula yang hafal jalannya? Aku ingin berangkat bersama teman-temanku, apa tidak pantas? Aku sangat menghindari untuk berdebat dengan orang tuaku agar aku tidak perlu mengeluarkan kata-kata tidak pantas pada mereka selain “ya sudahlah” atau “terserahlah”. Huft,
Yah, uji kedua cukup membuat pikiranku berputar-putar, antara aku harus mengambil uang umi yang ada pada adik kelasku juga sebuah proposal kegiatan Musyawarah IPM yang pengerjaannya belum juga selesai(ini salah satu penghambat langkahku untuk mandi dan mencuci) sangat jauh dari target yang telah kuharapkan agar proposal itu selesai beberapa hari kebelakang (aku benci kerja lambat yang tidak memanfaatkan kesempatan ‘sambil menunggu’ dengan baik). Yang mesti kuakui barangkali itu salahku sebagai ketua pelaksana yang terlalu banyak membagi fokus, meskipun sudah sangat aku kesampingkan SEMUA bagian-bagian tugas dari kesibukan lain. Bahkan mereka aku abaikan, selain dari peer yang dari itu menjadi kewajibanku. Rupanya masih belum cukup -hahahaha. Oke- abaikan saja paragraph ini teman, karena ini bukan bagian dari uji kali ketiga. Hanya bentuk dari perdebatan yang berkelibat cepat dikepalaku sehingga hampir meledak. BOOM !😈
Maafkan jika kalian membaca paragraph tersebut hingga akhir.
Uji kali ketiga adalah ujian ter-ter-ter-sangat kawan. Aku paling tidak tahan soal ini. Pembinaku mengatakan pada kami mengenai kami yang tidak diperbolehkan membawa handphone saat pergi kerumah ‘ketua tapak suci’ itu. Dengan alasan bahwa kami hendak bertamu, dan dangat tidak sopan ketika bertamu tetapi kita terlalu asik dengan dunianya masing-masing. Terutama keantusiasan kami yang berbahaya ketika memegang handphone. Is that was the abilities dari sebuah keputusan? Tak ada keputusan lainkah? Aku mempertimbangkan teman-teman junior high schoolku yang sama sekali belum memegang handphone mereka. Aku tak pernah tahan untuk ingin membrontak pihak sekolah dan asrama. Tapi apa daya?  KETIKA ETIKA SELALU BISA MEMENGARUHI PIKIRANKU UNTUK TIDAK BERTINGKAH MELEBIHI BATAS. Maka akupun benar tidak pernah melakukan tingkah yang bagiku melebihi batas, sebagai mana besarnya amarah yang terbentuk. Ingatlah wahai guru-guruku –jika kalian membaca ini bahwa aku tak pernah membiarkan diri ini berlaku lebih dari batas etika yang kumiliki.. Tidak hanya sekali aku berpikir untuk memposting yang seperti uji ketiga ini, tapi selalu menjadi pertimbangan berat. Dan ini menjadi bagian kelemahan diriku yang seringkali aku keluhkan karena merupakan sebab terbesar mengapa terkadang aku Begitu Meledak sejak masuk sekolah menengah. Memang rasanya aku tengah menjadi seorang yang selamat karena keperluan rapat PD IPM membuatku tetap dapat memegang alat komunikasi ini, tapi kesalnya, baterai handphone ini lowbat kawan dan aku tak melupakan persoalan keadilan untuk teman-teman adik kelasku. Hahahah, BOOM ! BOOM !
Uji kali keempat. Sudah sampai pukul sebelas tepat sejak aku dan beberapa temanku menunggu didepan gedung sekolah menunggu untuk diberangkatkan ke acara lunch bersama siang itu. Aku muak menunggu ! hingga beberapa saat kemudian kedatangan umi yang benar adanya –hal semacam ini yang selalu dapat membuatku menangis haru dan merasa bersalah pada umi. Aku dapat kloter keberangkatan kedua. Hal ini lambat sekali, mengingat janji keberangkatan seharusnya pukul 10 pagi. Bahkan adzan dzuhur tengah berkumandang ketika kami tengah dalam perjalanan menuju rumah ‘ketua’ tapak suci sekolahku yang juga temanku itu. Dengan resah karena juga teringat adanya janji rapat pimpinan daerah IPM yang harus dihadiri siang ini. Oh Allah, why ? I’m trying to make a goals ‘bout time management.
Ketika rapat dengan PD IPM benar-benar tak ada masalah yang mengganggu moodku yang cukup membaik selepas makan-makan –yumm hanya kecanggungan karena belum benar-benar terbiasa berada pada satu forum dengan mereka yang usia serta ilmunya diatasku. Juga, dua pembahasan yang sejak dibukanya rapat hingga aku menyerah karena mengingat batas waktu untuk kembali keasrama tiba dan aku pamit untuk pulang lebih dulu dari yang lain, pembahasan mengenai dua hal –waktu dan tempat itu belum selesai juga. Cukup menunggu hingga kesimpulan rapat disebar saja. Hihihihi ^-^
Uji urutan kelimakah sekarang ? aku sudah sangat-sangat-sangat ingin meledak dan memang meledak dalam tingkat yang masih sangat awal dari ledakan yang bisa kuperlihatkan –apakah ini berarti kesabaranku mulai terlatih meski sedikit? Hmh, amatir. Oke, uji kelima terjadi pada saat makan malam, ketika mood baikku kembali dirusak, ini kedua kalinya dari asrama pada hari itu. Sungguh uji terakhir selalu menjadi ‘paling perusak’ J minggu ini aku mendapat jadwal mengambil makan malam dari dapur menuju ruang makan senior high school yang gedungnya terpisah. Siapa sangka bagian dapur atau mungkin anak-anak cooking class sore itu tidak menyadari bahwa jumlah potongan ayam yang hendak dihidangkan itu tak sesuai dengan jumlah seluruh santriwati yang ada? Payah sekali membuat kami menunggu ayam-ayam baru dimasak dengan space waktu antar maghrib dan isya’ tak banyak juga adanya tuntutan untuk mengaji sebelum isya’ –atau hukuman tentunya. It’s okay at all, selama aku tak disalahkan dengan why dinner too late? of course isn’t our fault right? Serius itu tidak masalah. Ketika kaki-kaki ini mulai lelah menunggu, kesabaran yang aku usahakan untuk tidak meledak sejak pagi mulai menurunkan ketahanannya. Aku mulai berpikir berulang-ulang kali untuk meninggalkan saja makanannya, dan digantikan oleh petugas lain Jika Saja Tidak Adanya Rasa Tanggung Jawab Yang Juga Kujunjung Tinggi Serta Mengingat Teman-Teman Yang Lain Juga Lapar Dan Tak Sabar aku sudah pasti pergi sejak awal. Tapi aku benar-benar bertahan untuk mereka, mereka ingin makan malam juga tentu, dan mereka menanti hingga aku datang keruang makan senior high school sembari membawa hidangan –tak perlu terharu hahahah. Kau tahu? Apa yang pada akhirnya benar-benar membuat kesabaranku habis dan aku sudah muak dan tak ingin lagi peduli pada teman-temanku lalu mulai berpikir untuk menyerahkan hal ini pada petugas lain adalah ketika gas yang digunakan untuk memasak ayam-ayam itu ternyata habis, dan aku diminta untuk membawa ayam-ayam setengah matang itu keasrama senior high school untuk kemudian dilanjutkan dimasak disana. Hello guys? Apa yang menimpaku hari ini tidak cukup, hingga uji kelima ini benar-benar menghabiskan kesabaranku? Pada saat itulah ketika Pembina-pembina sibuk di dapur tidak sedang melihatku, aku tinggalkan saja mereka dengan tempat hidangan makan ditangan mereka. "Siapa Peduli, Aku Tidak Akan Makan Malam Ini"ujarku dalam hati sambil berlalu 😈 😈
.
.
.
Yep, aku sangat berterima kasih ada yang mau membaca curhatan hatiku pada hari Minggu kemarin itu, tapi aku mohon dengan sangat, jangan teman-teman berpikir bahwa aku tengah menjatuhkan nama-nama dalam cerita diatas itu.
SANGAT, SUNGGUH SANGAT. Bahwa aku tidak bermaksud bahkan terpikirkan hal demikian itu, ini hanya bentuk dari pandangan objektif seorang TEENAGER diusia SIX TEEN Y’O nya yang penuh dengan pemberontakan-pemberontakan yang seringkali terpendam dalam pikiran, juga perubahan emosi seorang perempuan ‘pada masanya’ –yang orang bilang sangat luar biasa mengerikan? Aku tak merasa diriku seperti itu.
Agar tak sampai meledak aku menuliskannya –apakah itu mengurangi beban pikiran? Kuharap jawabannya adalah ya. Karena aku bukan seorang yang suka membebankan orang lain dengan menceritakan masalah-masalahku pada orang-orang disekitar kecuali dengan bentuk “ngedumel” jadi terserah pada mereka mau mendengarkan atau tidak. Jika tidak mereka pasti takkan mendengar dan berlalu. Jika ya mereka akan bertanya mengapa dan aku akan melanjutkan panjang lebar sambil berlalu J
Thankyou ya, I’ve better than 2 hours ago, since I start write it. There’s really too much shape of emotion during storyin’ it into Microsoft office.

Whaaa you won’t trust me if I said that I was happy ‘cause heard something good from the mouth of person I really respect and admire

Komentar

Kudei.bdg mengatakan…
orang baik itu selalu di uji sebagai bentuk kasih sayang Allah

~percayalah.., I'was face the biggest than your story
Najla joy mengatakan…
serius di baca semuanya kak ? what do you expect from a 16 y'o girl, yang emosinya bisa berubah sewaktu-waktu :v
Kudei.bdg mengatakan…
its natural in your age, i hope you can grow with all of yours. be brave and face every obstacle, don't step down before you hit the wall until breakdown.
Kudei.bdg mengatakan…
oya kalau ada sempat tonton Film Great Teacher Onizuka..,
Najla joy mengatakan…
yep, thank you for reminding me sir ^^ I'm trying to be the greatest teenager. dan sedang dalam pencarian jatidiri (mungkin ntar aku bakal bahas ini d blog). itu anime ya kak ? banyak bgt episodenyaa T.T males downloadnya

Postingan populer dari blog ini

MARKET DAY 'AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

Road to save citarum (middle position)

Perenungan Cinta dari Perjalanan Rasa karya Fahd Pahdepie