Road to save citarum (middle position)

menelusuri masalah yang adapada masyarakat menjadi hal yang harus kami pelajari dengan baik sejak sekolah menengah atas, agar setelah lulus bisa berkecimpung dengan masyarakat menjadi hal yang biasa.
kemarin Sabtu santriwati SMA mendapat jadwal outing, seperti biasa agendanya selalu menjadi rahasia sampai kami tiba di lokasi. lokasi yang kami tuju adalah Cililin tepatnya yayasan saung aceng. dekat dengan waduk saguling. pemiliknya masih muda, Pak Andri namanya. ia pengelola sekaligus pendiri saung aceng sejak 2014 lalu.

tidak banyak basa basi dan waktu yang diluangkan untuk kami beristirahat selepas perjalanan, kami digiring masuk kedalam hutan dengantiga orang pembimbing, salah satunya yang paling dewasa (dua orang lainnya sepertinya masih setingkat SMP) bernama pak Amar, beliau membawa kami melewati jalan setapak yang kiri kanannya kalau bukan kebun adalah pepohonan lebat. kami berhenti di tengah jalan, disebuha lahan yang cukup terbuka dan dari sana terlihat genangan air yang terlalu luas untuk dikatakan genangan, waduk saguling.
Pak Amar menjelaskan kepada kami bahwa tanah yang ditanami beberapa tanaman itu adalah bagian dari hutan komunitas, beberapa waktu yang lalu pepohonannya baru ditebang dan digantikan tanaman buah-buahan.
photo by adi adei +ABS Bandung 

melanjutkan perjalanan, kali ini lebih sulit lagi karena kami harus berjalan menurun dengan kondisi tanah yang licin. saling berpegangan dan menolong kawan lain menjadi salah satu kunci keselamatan agar tak ada yang tergelincir dan terluka.
kami terus turun, hingga waduk saguling semakin jelas terlihat oleh kami.jauh sebelum benar-benar dipinggir waduk sampah sudah banyak terlihat, bau tak sedap menjadi penegas yang tak dibutuhkan dari kehadiran sampah dan kondisi waduk yang sangat parah, warna airnya hitam dan sampah juga terlihat mengapung dipermukaan airnya. tidak sedikit ! melainkan sangat banyak ! sungguh menyedihkan dan mengkhawatirkan melihat apa yang seharusnya menjadi sumber kehidupan makhluk hidup malah menjadi tempat pembuangan terbesar di dunia. (the biggest septictank).

photo copyright +ABS Bandung 
ada beberapa pemulung sampah dengan sampannya berkeliling mengitari danau. sampah disana ternyata menjadi sumber penghasilan mereka. setiap harinya pemulung yang ada disana (sebagian besar dari mereka berada dibawah perlindungan pemerintah melalui yayasan saung aceng) dengan sampannya bisa mendapatkan sampah sebanyak satu kwintal lebih. 70 s/d 80 kg sampah dihargai kurang lebih 100 ribu rupiah.
menjelang siang kami kembali ke saung utama, mendengarkan berbagai pemaparan mengenai saung aceng dan berbagai aktivitasnya yang menyenangkan dan membantu pemerintah. menjelang dzuhur kami membuat essay dengan sebagian yang lain pergi kepasar untuk belanja beberapa kebutuhan makan siang. selepas shalat dzuhur aku membantu menyalakan api (cara tradisional) untuk memasak nasi. tapi setelah nasi matang aku jadi kebingungan akan melakukan apa, jadi aku pergi berkeliling sampai keasikan membaca di saung baca yang dimiliki yayasan tersebut. ada dua orang ibu-ibu yang sedang menganyam batang eceng gondok juga, awalnya aku tidak tertarik dan cukup malu-malu untuk ikut bergabung dan berbincang dengannya. setelah menghabiskan satu buku yang cukup tipis akhirnya aku memberanikan diri untuk mengajak ngobrol sekalian ikut belajar bagaimana mereka menganyam batang eceng gondok itu.
+ABS Bandung 
saung aceng  membantu mengatasi pengendalian jumlah eceng gondok yang tumbuh dipermukaan danau. tanaman gulma ini jika dibiarkan jumlahnya membanyak bisa menghambat aliran sungai dan membuat air danau terus mengendap dan sampah yang terus berdatangan ke bagian dari sungai Citarum ini bisa ikut mengendap, jika dibiarkan bertambah banyak bisa menjadi bencana bagi masyarakat sekitar waduk Saguling ini.tapi selain gulma, ternyata eceng gondok ini bisa membawa keuntungan juga, karena ia membantu penjernihan air sebenarnya, hanya saja apabila populasinya tidak dikendalikan akan berdampak buruk.
Pak Indra dengan mengerahkan SDM dari masyarakat sekitar menjadikan eceng gondok ini tidak sia-sia. eceng gondok dimanfaatkan mulai dari akar sampai daunnya.
akarnya digunakan untuk media tanam hidroponik, batangnya sebagai kerajinan dengan cara dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan. adapun potongan daunnya dibakar sehingga menghasilkan asap cair.
saung Aceng menerapkan sebuah sistem water treatment di pelataran saung-saungnya. amat sederhana konsepnya, hanya dengan bermodalkan sampah tutup botol dan botol minuman bekas, aliran kolam, dan sejumlah ikan untuk mengetes keberhasilan pembersihan air. water treatment ini menghasilkan air yang bisa dipakai untuk mandi, sumber airnya berasalkan dari air tanah.
photo copyright by +ABS Bandung 
kegiatan kami di saung aceng berlangsung seharian, pagi sampai sore sekitar jam limaan. sebelum pulang kami sempat mencoba mengayam dari batang eceng gondok yang sudah dikeringkan, sampai puas dan merasa bosan kami meutuskan untuk segera pulang. sekalian berpamitan, kami tak lupa mengabadikan momen bersama dengan pemilik saung aceng ini, Pak Indra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MARKET DAY 'AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

Perenungan Cinta dari Perjalanan Rasa karya Fahd Pahdepie